top of page

Kedua Kalinya Ku Rindu Bandara

  • Writer: Nazla Syafitri
    Nazla Syafitri
  • Aug 31, 2018
  • 6 min read

Karya : Nazla Syafitri Rangkuti

Pagi itu masih sepi dan Dia seperti biasa mengendarai motor kesayangannya ke kampus. Tubuhnya yang lumayan kurus selalu berusaha terlihat tegar meskipun ibunya sering mengomeli soal bajunya yang sering kelonggaran. Wajahnya terlihat pucat dan tirus menggambarkan keadaan yang seolah dipenuhi dengan masalah besar. sifat pendiamnya membuatnya terlihat mengerikan dan membosankan. Tetapi, semua itu sirna dengan senyuman manis berlesung pipinya pada setiap orang.

Jalannya semampai menuju kelas tanpa memperhatikan sekitar. Mengambil posisi duduk strategisnya seperti biasa tepat di depan dosen. Dia bukan tergolong mahasiswa rajin ataupun pintar di kelas. Tujuan utamanya hanyalah untuk menghindari rasa kantuk saat dosen menjelaskan. Terlebih jika dosen datang terlambat dan kelas diundur. Huh. Menyebalkan. Hari ini dia cukup beruntung bisa mendapatkan posisi duduknya sebab banyak mahasiswa lain yang hadir lebih awal biasanya.

Setelah menunggu lebih dari 15 menit, terdengar seseorang memanggilnya dari belakang.

“ Laraaa….” Panggil seorang cewek berparas manis dengan pipi chubby- nya sambil berlari ke arahnya. Tanpa izin terlebih dahulu, dia langsung memeluknya dari belakang sambil tersenyum tersungut- sungut.

“ Ehh...hai Sabil. ada apa Bil? Kok keliatannya lo bahagia banget sih hari ini?” Sapanya dengan terkejut dari kesendiriannya.

“ Haha ga kenapa – kenapa kok bro. Kan lo pernah bilang klo pagi itu kudu disambut dengan semangat bro.” Jawabnya dengan istilah khasnya ala – ala cewek tomboy. Lara hanya membalas dengan senyuman tanpa berkata apapun.

“ Guys, tolong perhatiannya sebentar ya! Ada dua pengumuman penting nih.” Teriak seorang gadis dengan semangat sambil berjalan ke depan kelas. Semua orang di dalam kelas bisa menduga satu informasi tapi tidak untuk yang satunya lagi. Semuanya saling menduga- duga dan timbul kekacauan sejenak di dalam kelas.

“ Guys, tolong perhatian banget ya… Oke. Ada dua informasi penting yaitu pertama hari ini kelas Pak Karyo ditiadakan karena dia kurang enak badan jadi rencananya nanti diganti sama tugas. Tugasnya nanti aku kasih tau setelah di email-in sama beliau. Nah, kalo infromasi kedua ini, …” Jelasnya dengan penuh intonasi. Diakhir orasinya, sengaja dia potong untuk membuat ketegangan kelas semakin memuncak. Tak menunggu lama, akhirnya orasi pun berlanjut.

“Nah pengumumannya adalah kalian semua tau ga kalo hari ini Nike lagi birthday? hahaha pasti lo semua pada lupa kan?” Jawabnya sambil melirik ke arah Nike yang sontak terkejut melihat omongan Dila. Nike hanya membalas sinis sambil tersenyum malu kearah Dila.

“ Jadi Nike berencana mengundang kalian semua ke acara ultahnya yang bakal diadain nanti malam di Apartemen Nike. Ntar undangannya bakal disebar sama Nike jadi jangan pada pulang dulu ya. Ada mau nanya ?” Jelasnya.

“ Dil, by the way, ada dresscode nya ga ?” Tanya seorang cowok sambil mengacungkan tangan.

“ Hmm… kayaknya buat detail acaranya mungkin Nike bisa menjelaskan. “ Jawabnya dengan kedipan mata kearah Nike. Nike maju ke depan kelas dan berorasi dengan wajah penuh cerianya.

“ Okey guys. Buat acaranya nanti malam itu…” Jelasnya namun terpotong suara teriakan dari belakang.

“ Eh makasih ya Ham. Hehe. Kalo soal ujian beda urusan deh Ham.” Jawabnya singkat. “ Nanti malam itu dresscode –nya bebas kok dan bawa kado ya. Hiihihi. Just kidding. Trus acaranya dimulai jam 8 malam dan selesainya jam 10. Jadi ga malam banget. Gimana pada bisa kan?” Jelasnya dengan semangat. Seisi kelas menjawab dengan suara yang relative sama. Namun, tidak untuk seorang gadis lugu. Lara. Dia mengingat sejenak jadwalnya hari ini dan melihat notes pribadinya. Berat rasanya untuk mengatakan “bisa” setelah matanya tertuju pada satu kegiatan hari ini yaitu les bahasa inggris. Les dimulai tepat pukul 7. 30 malam dan selesai pukul 09. 30. Memang setengah jam masih mungkin untuk ke pesta itu, tapi tempat les ke rumah Nike sangatlah jauh. Hampir hilang hasratnya datang ke acara Nike sebelum Sabil menghampirinya.

“ Ra, ntar malem lo dateng kan? Bareng dong. Hehe.” Tanyanya sambil melihat wajah Lara sedikit terdiam dengan pandangan kosong. Bagi Lara, agak berat tidak hadir di acara Nike. Dia dan Nike dulunya sahabat dekat sebelum mereka menemukan sahabatnya masing- masing. Bukan karena suatu masalah namun memang berjalan seiring waktu. Hal itulah yang menjadi beban pikirannya sekarang. Tak ingin baginya menyakiti hati sahabat lamanya ini.

“ Eh iya kok Bil. Tapi ntar gua perginya jam 9 maksimal, Bil. Gue ntar izin dulu ke pengajar les trus pergi deh ke acara Nike. Gapapa kan Bil?” tanyanya.

“ Iya gapapa kok, Ra. Okey nanti kabarin aja deh jamber pastinya lu pergi ya. See you, Ra.” Jawab Sabil dengan penuh kepastian.

***

“ Allahuakbar Allahuakbar” Adzan berkumandang dikala langit memerah. Lara bersiap tuk berangkat ke tempat lesnya. Niatnya tuk meminta izin kepada guru lesnya sudah terpenuhi. Kini ai bersiap tuk berangkat ke acara Nike dan menghubungi Sabil. akhirnya mereka pun berjanji di suatu tempat dan berangkat dengan semangat untuk perbaikan gizi.

“ Bil, gue udah kece belum? Biar jadi ratu semalam hahaha” Canda Lara dengan penuh sukacita.

“Ya ampun jangan tanya ra. lu selalu cantik kok. Hahha” Jawab Sabil sambil menyengir Ke arah kaca spion motor Lara.

Kedua sahabat ini masuk ke dalam apartemen Nike. Sebelum sesampai di apartemen, suara ribut acara Nike sangat terdengar jelas dari kejauhan. Mereka sudah membayangkan betapa ramai dan meriah acaranya. Dengan penuh semangat, mereka masuk ke Apartemen dan betapa terkejutnya mereka melihat semuanya. Glamour. Ya satu kata ini menggambarkan semuanya. Tak rugi bagi mereka menyempatkan datang kesini. Mereka berdua bergumam sejenak di depan pintu sambil melihat seisi ruangan.

“ Hai Sabil, hai Lara. Apa kabar? Jangan terlalu terkejut dengan mereka semua. Ayo, seru seruan. Kalo kalian mau makan disana, mau mendengar music disana, dan terutama toilet disana ya. Hahaha mana tau darurat ya. Aku tinggal dulu yaa.” Sapa Nike dengan hangat sambil jarinya menjelaskan bagian- bagian penting ruangannya.

“ Btw, Nike, selamat ultah ya. Semoga yang terbaik selalu buat lo dan sukses selalu ya. Ini hadiah buatan gue sama Lara. Hehe mudah- mudahan lo senang. “ Sapa Sabil sambil menyerahkan kado spesialnya kepada Nike.

“ Thank you banget, guys. Hehe makasih banyak buat doanya. Sukses juga buat kalian.” Jawabnya dengan santun dan kembali ke kerumunan temannya.

“ Ra, ambil minum yuk. Gue haus banget nih. Yuk kesana.” Ajak Sabil.

Keduanya menyudut di tempat minuman. Mata Lara masih berkeliling ruangan dan terpaku pada satu titik yang tak pernah dia bayangkan hadir kembali. Seseorang. Menikmati dirinya sendiri di sudut alunan music. Tak ada yang menemani kecuali piringan tua. Gayanya cukup kasual. Baginya, ditengah keramaian ini, alunan music cukup menemaninya. Matanya kembali melirik kedua kalinya. Tak ada yang berbeda. Bahkan kali ini pandangannya terfokus hanya untuk titik itu. Kembali dia palingkan wajahnya ke sisi lain dan mencoba meliriknya. Lirikan terakhir ini baginya lebih tepat dan yakin bahwa itu adalah Dia. Seorang lelaki tak pedulian dan pendiam yang dia temui di bandara dulu. Lara sudah menduga itu sebelumnya.

“ Ra, dance yuk. Biar semangat kuliah besok bro.” Ajaknya sambil memegang tangan Lara. Harapannya pupus setelah Lara menolak ajakannya itu. Dan dia memutuskan untuk menari seorang diri dan tak lama ditemani Adrian di tengah panggung itu.

Bagi Lara, malam pesta ini tak lebih menarik baginya daripada berjumpa dengan lelaki ini. Hanya sebentar tapi kenangannya tak dapat dilupakan. Wajahnya makin berseri saat jarak keduanya hanya selengan tangan.

“ Bang kevin?” Tanyanya penuh harap tanpa jawaban kosong. Dia terdiam dan mengarahkan wajahnya ke Lara. Sejenak dia melihatnya dengan kecurigaan hingga akhirnya dia menyadari seorang cewek yang pernah hadir dimasa lalunya sedang berdiri di depannya. Dia berusaha mengingat namanya tetapi gagal kali ini.

“Ya, sepertinya kita pernah bertemu ya? Tapi aku lupa namamu.” Jawabnya sambil memenuhi tubuhnya ke arah Lara.

“ Abang lupa ya? Namaku Lara. Yang pernah ketemu di bandara . Inget ga?” Jawabnya sambil mengulurkan tangan tuk berjabat dan berusaha membuka rekaman lama mereka.

“ Bentar… oh iya haha. Maafin aku ya emang gini kalo makin tua. Kamu temannya Nike juga?” Jawabnya semakin hangat.

“Iya bang. Satu kelas jadi diundang deh. Abang sendiri?” Jawabnya penuh antusias

“ Aku teman abangnya ra. Jadi biar kenal gitu. Haha.” Jawabnya.

Dari jawabannya itu, Lara tak melihat sedikit pun dia mengingat kenangan itu. Seolah dia hanyalah kepingan masa lalu yang terbuang dan tak tersisa di ingatannya. Seorang lelaki yang pernah mengubah cara pandangnya pada dunia dalam sekejap. Sekejap itu juga Lara menganggapnya sebagai abang kandungnya sendiri sekaligus penggenggam hatinya. Ceritanya dulu masih melekat di ingatan Lara. Bagaimana mereka berbicara layaknya sudah saling kenal namun terbatasi dengan sifat saling pendiam keduanya. Ia ingat bagaimana mereka membuka topik baru diantara dua percakapan tak berujung. Mereka mendingin dengan caranya sendiri. Lara ingat bagaimana Kevin selalu melihat handphonenya dikala gugup. Dia sadar betul itu. Dan kini orang itu masih sama dengan kebiasaan itu. Tapi, itu semua cepat berakhir dengan perpisahan tercepat baginya.

“ Ra, aku balik dulu ya. Nanti kita ketemu kapan – kapan lagi.” Sapanya.

“ Iya bang hati – hati ya.” Jawabnya.

Sambil melihat langkahnya, harapannya kembali musnah. Tuhan telah mengizinkannya bertemu dengan seseorang yang pernah dia tanam dalam hatinya. Namun, kembali dia sia – siakan kesempatan ini. Dia mengerti itu.

Tapi, bagaimana jika hati dan bibir tak seirama. Hati ingin mengatakan perasaan hatinya ini namun bibir membungkam. Siapa yang harus disalahkan?

Andai saja kita tak dipertemukan di Bandara, Kevin. Tak pernah ku menyesal kedua kalinya seperti ini, Pikirnya.


 
 
 

Recent Posts

See All
TWK - PRAKEMERDEKAAN

1. (KERAJAAN) a. Majapahit – K. Agraris (Negara nasional ke-2 Indonesia) - Dipimpin oleh Hayam Wuruk - ...

 
 
 

Comments


©2018 by RANGKUTINazla. Proudly created with Wix.com

bottom of page