SMA SUTOMO 1 MEDAN : Perkenalan Sekolah Nasional Rasa Internasional (Part 1)
- Nazla Syafitri
- Apr 8, 2019
- 3 min read

- Tuntutlah Ilmu sampai Ke Negeri China-
Eh orang China nya udah di Indonesia. Lets go.
Siapa sangka anak bandel semasa SMP dan hampir tinggal kelas dulunya melanjutkan ke sekolah paling streng, istilah anak medan untuk sesuatu hal yang kelewat batas. Akus sendiri ga nyangka bisa masuk juga kesini. Belum terbayang sebelumnya. Tapi pernah sebelumnya ada keinginan buat sekolah disini karena sesuatu hal. No plan no preparation, I said.
Sebelum berpaling kesini, aku juga mendaftar di sekolah negeri yang cukup popular di Medan dengan saingan nilai UN. Rata – rata nilai UN ku sendiri sekitar 9 lebih sedikit. Rasa percaya lulus di sini memang agak besar karena nilai rata – rata cukup tinggi. Disisi lain, mamakku menyarankan untuk ikut tes di Sutomo dengan alasan kredibilitas sekolahnya sangat baik. Info tentang Sutomo diperoleh dari teman mamak di tempat kerja yang anaknya lulus dari sana. Anaknya juga udah kuliah di UI bagian hubungan internasional. Karena hal ini, akhirnya aku mau coba ikut tes tanpa target apapun.
Setelah tes dijalani, pengumuman kelulusan pun muncul. Nazla Syafitri Rangkuti….. jelas terpampang di papan pengumuman. Orang tuaku mengecek langsung dan tidak percaya. Berita ini sampai di rumah. Rasanya senang bercampur bingung. Aneh sih kenapa harus bingung. Tapi ini perihal kondisi sekolah yang mayoritas siswa dan pengajar merupakan non – muslim (Budhist, penganut agama budha) sedangkan keluargaku sangat menaati agama. Awalnya kami tidak begitu berharap untuk melanjutkan penerimaan siswa baru di Sutomo sampai pengumuman di SMA negeri favorit menyatakan bahwa saya TIDAK LULUS. What ??? seperti gaada pilihan lain untuk melanjutkan sekolah selain ke Sutomo. Orangtua dan nenek ikut mempertimbangkan keputusanku untuk tetap lanjut di Sutomo. Sebenarnya berat mereka mau melepaskan aku belajar di Sutomo, apalagi banyak saudara yang mempertanyakan keputusan ini. Tak lain dan tak bukan adalah perihal keagamaannya.
“emang ga ada ya sekolah islam yang bagus untuk sekolah ?” anonim. Ini sih yang paling dalam maknanya.
Alasan terbesarku untuk belajar di Sutomo adalah daya saing yang tinggi dan ada sebuah keinginan masa lampau. Ceritanya begini. Sejak SD, aku sering pulang sekolah naik angkot. Setiap pulang sekolah selama SMP, ada satu jalur yang selalu macet tak terhindarkan. Kemacetan selalu terjadi saat jadwal pulang sekolah yaitu siang dan sore hari. Aku kesal banget kalau udah kena macet. Gimana ga kesal coba, sebenarnya macetnya tuh karena mobil jemputan mereka berhenti di tengah jalan supaya ga ribet parkir dengan lokasi agak jauh. Alhasil, kemacetan memanjang hingga hampir satu kilometer. Serius ga lucu. Lo enak duduk di mobil dingin, keluar sekolah langsung lari ke mobil. Egois amat lo. Ga mikirin orang lain di belakang. Aku selalu pingin teriak ke wajah mereka setiap kena macet begini. Tapi, ntar dikira orang gila, jadi sabar aja lah. Dan tersentak dalam hati, rasanya kepingin sekolah di tempat orang Chinese (sorry ga bermaksud apapun). Beneran mau tahu apasih rahasia mereka bisa sukses banget sampe setinggi itu ego mereka. Dan Alhamdulillah diizinin buat sekolah disini. One of the best school in Medan. tapi, jujur perihal ini baru keinget pas mau lulus. Ga nyangka aja beneran bisa sekolah disini.
Balik ke pertimbangan untuk sekolah, akhirnya kubulatkan tekad untuk belajar disana. Anggapan awalku ya pasti mirip seperti sekolah sebelumnya (SMP). Hanya berbeda dalam beragama. But, at least, I made wrong conclusion and never expected before. Why ??? cerita selanjutnya bakal berlanjut di session selanjutnya (kalau moodnya baik haha).
P.S :
Kesimpulan yang aku dapat selama sekolah disana adalah ternyata orang Chinese itu memiliki suatu kelebihan yang orang pribumi (orang Indonesia asli yang ditandai dengan kulit berwarna cokelat / non – Chinese) jarang miliki yaitu mereka itu rajin dan tekun. Karena keuletan mereka itulah bukti kesuksesan mereka saat ini banyak dirasakan. Mereka berani untuk terus berjalan di atas suatu keputusan. Dan orang tua mereka sangat menekankan pada bidang bisnis. Hal ini juga karena dari dulu kesempatan mereka untuk bertahan hidup di Indonesia hanya bisa bergantung pada bisnis/ berdagang (untuk menjadi PNS sangat kecil kemungkinan). Karenanya, dampaknya terasa hingga sekarang. Itulah hal yang belum mampu aku kalahkan dan menjadi motivasi dalam memulai dagang kecil – kecilan (masih gagal sih). Semoga kedepannya kesuksesanku juga dalam berbisnis. Hehe.
Comments