Ayah, My First Love
- Nazla Syafitri
- Nov 11, 2019
- 4 min read
jumat 21/10/2016 10:46

Assalamualaikum. Haloo, selamat malam, good evening, guten nacht, iyi aksamlar. So many languages, right ?? yes, kenalin nama saya nazla syafitri rangkuti atau panggilan saya nazla, atau kadang najla, nasla… dan kadang nanas ntah darimana yang terakhir ini muncul. Tapi, yang penting panggilan saya dari nama lengkap aja ya.
Saya adalah anak sulung dari tiga bersaudara dengan satu saudara laki-laki dan satu saudara perempuan. Truth be told, termasuk kakak tertua dan cucu tertua bahkan pangkat tertinggi sebagai cicit tertua menjadi tanggung jawab tersendiri bagi saya. Dengan jabatan tertinggi ini, saya sedang mengambil konsentrasi teknik geologi di universitas negeri di Bandung. Saya disini jauh merantau dari Medan dengan bekal tekad dan nekat. Jangan tanya kenapa saya mau kuliah jauh kesini karena semuanya berkat dorongan malaikat di rumah saya. Dan juga ikut- ikutan dengan teman saya lainnya yang ingin merantau sejauh mungkin dari rumah. Ya, saya mana mau kalah dan Alhamdulillah ditempatkan disini, dikota sejuk dan damai ini.
Sejauh saya melangkah sampai saat ini, saya mensyukuri semua hal yang terjadi dalam hidup saya. Terkadang memang kita butuh waktu sejenak untuk merenung tapi bukan melamun tentang perjalanan hidup kita sampai sekarang. Bukan untuk membuat down atau putus asa, tapi untuk mencoba ingat setiap hal menyedihkan dan mengecewakan dalam hidup. Kenapa hal itu terjadi dan apa hal yang terjadi setelahnya. Semakin buruk atau semakin baik. Saya yakin, kamu pasti setuju semakin baik. Ya, ini cara saya untuk selalu bersyukur pada allah atas semua hal yang terjadi.
Dibalik semua kesedihan, selalu ada penyemangat yang membuat saya yakin akan pilihan saya. Ayah. Lelaki terbaik dalam hidup dan tak pernah mengecewakan Saya sampai saat ini. Tak perlu saya mencarinya diantara miliaran orang di bumi karena dia ada disaat Saya muncul pertama kali ke muka bumi ini. Dia juga yang mengumandangkan azan di telinga Saya saat Saya menangis muncul didunia. Tubuh Saya yang masih memerah dipeluknya dengan keyakinan kelak Saya menjadi orang yang dapat mengajaknya ke surga Allah. Saya tak ingat bagaimana kasar kulitnya, bagaimana kerut wajahnya, bagaimana hangat dekapannya dan linangan air matanya dengan penuh harap untuk kehidupan Saya. Meskipun begitu, dia tak pernah meminta imbalan apapun untuk hal indah ini sampai sekarang kepada Saya.
Ayah. Setiap namanya disebut di ingatan Saya, air mata selalu mengalir walapun hanya setetes air mata. Jangan tanya kenapa. Hanya batin kita yang bisa bicara jelas tanpa kode-kodean. Saya merasakan kekuatan batin anak dan orang tua itu memang benar ada. Tak perlu Saya mengatakan sesuatu padanya, tapi disana dia merasakan yang Saya harapkan.
Jujur. Dialah orang paling “kejam” dalam hidup Saya. Dia sering marah, memaksa dan menuntut Saya. Mungkin ini hal menjengkelkan tapi hanya Saya yang tau tujuannya. Dia sering marah. Marah kepada saya saat saya ceroboh, tidak disiplin, tidak tegas dan plimplan. Betapa mengertinya dia pada saya melebihi diri saya sendiri. Dia selalu mengingatkan saya tanpa lelah dan berharap saya bisa berubah menjadi orang yang disiplin, tegas dan bijaksana. Kelak dia berharap saya menjadi seorang pemimpin Negara yang bermanfaat bagi orang lain dan tetap membanggakan keluarga. Belum ada orang lain yang sesabar ini menghadapi sifat saya. Dia selalu memaksa. Dia memaksa saya menjadi orang yang mandiri, jujur dan berwibawa. Dia ingin saya menjadi panutan bagi adik- adik saya dan keluarga saya lainnya. jiwa pemimpin jujur sangat ingin dia tumbuhkan dalam diri saya. Dia selalu menuntut. Dia menuntut saya menjadi orang beragama, cerdas dan sukses. Tak ada batasan ruang bagi saya dan adik- adik saya untuk mencapai ilmu setinggi- tingginya. Agama adalah landasan hidup baginya yang ditanamkannya pada kami. Shalat adalah hal mendasar dalam hidup.
Kejujuran baginya adalah harga mati. Jangan kamu suguhkan padanya kebohongan, bagaikan percikan api yang membakarnya. Hidup dengan kejujuran adalah pilihannya dan tekad hidupnya. Saya ingat ucapannya “lakukan sesuatu dengan jujur. Kelak kalian akan dihormati dan disegani orang lain. Sulit memang melakukannya. Banyak cobaan. Apalagi di zaman sekarang ini. Karena itu, orang jujur sekarang ini lebih sulit dicari daripada orang cerdas”. Tak perlu saya tanya orang- orang disekitarnya, saya yakin dialah contoh dari ucapannya itu. Berjuang untuk sesuatu yang telah mendarah daging disekitarnya. Tapi, dia sangat kokoh dan keras kepala tentang ini. saya bersyukur memiliki sebuah berlian di dalam hidupku yang sulit tuk dimiliki.
cari ilmu sejauh-jauhnya. jarang saya temui ayah seperti dirinya. bayangkan saya seorang anak gadis dan dia tak pernah menghalangi cita- cita saya karena hal ini. dia berharap saya menjadi wanita mandiri dan bijaksana dalam hidup. dia tak pernah mengaitkan urusan pendidikan dengan keluarga. dia mendidik anaknya dengan disiplin kelak kami akan mengenang semua hal itu. baginya, ilmu adlah sesuatu yang harus dicari meskipun harus menyeberang Negara. ucapannya yang masih saya ingat “belajarlah kalian sungguh- sungguh. kelak nanti kalau kalian sukses, ayah bisa melihat kalian kerja bukan hanya antar provinsi. setiap panggilan rapat kalian naik pesawat menuju kesana. ayah selalu berdoa sama Allah supaya anak- anak ayah jadi pemimpin Negara ini dan bermanfaat bagi orang lain.” bukan dia tak peduli pada saya. dia hanya menginginkan saya jauh lebih sukses darinya sekarang dan menaikkan martabat orang tua dan keluarga. dialah penyokong cita- cita saya.
ingat pada Allah. tak pernah dia lelah mengajak saya untuk ingat hal ini. “percuma kalau pintar aja yang diandalkan di hidup ini. hidup ini allah yang atur. kita minta sama yang atur dan punya dunia ini. jangan sombong. selalu ingat Dia. shalat jangan lupa, baca qur’an tiap hari dan kalau bisa tahajjud. minta dimudahkan tercapai cita-cita Ila. ayah yakin ila bisa jadi orang sukses.”
ya, tiga kunci hidupnya yang selalu kuingat jujur, rajin belajar dan taat beragama. makasih yah menjadi guru terbaik dalam hidupku. guru besar pun tak akan mungkin memberi ilmu sehebat ini. dia bisa menjadi guru, dokter, atlit maupun ustadz dalam satu jiwa yang sama. ditambah dengan ibu saya, bagaikan paduan Allah yang sangat indah melebihi apapun di bumi ini. nenekku, walaupun ibu dari ayahku, tapi aku anggap seperti mamakku juga. dia sangatlah perfectionist dan baginya semua hal harus dilakukan dengan hati ikhlas. adik- adikku penghibur moodku yang berantakan. jengkel tapi kami adalah geng rangkuti. udakku orang yang selalu buat jengkel di rumah. tapi itu menyenangkan. bou dan semua orang dekatku sangat berarti bagi hidupku. itulah kenapa, rumahku itu istana duniaku. semua hal yang kubutuhkan ada disana. Allah memang adil melebihi apapun. jagalah keluargaku agar selalu dalam naungan dan rahmatmu, Ya Allah.
sekian dulu ya tulisanku. semoga menginspirasi teman- teman buat menulis juga dan ditunggu juga buat share dan kritiknya. Terimakasih, thank you, arigato, tesekkurler, danke, sie sie.
Comments