Ekplorasi Data: Menekan Bujet untuk Target Migas 2030
- Nazla Syafitri
- Aug 5, 2021
- 3 min read
Indonesia menjadi negara mandiri minyak dan gas bumi kembali seperti tahun 80-an? Will it be?
Sejak tahun 2014, kondisi migas Indonesia sedang tidak baik – baik saja. Penurunan drastis harga minyak dunia mendorong produksi migas menurun pula yang menjadikannya sebuah bom waktu jika tidak disiasati dengan strategi khusus dan cepat. Perubahan strategi dilakukan sesuai target produksi migas nasional sesuai judul tulisan ini. Meskipun begitu, strategi yang baik adalah strategi yang dimulai dari sekarang atau tidak kedepannya.
Saat ini, Lifting migas Indonesia pada kuartal I/2021 hanya 96% dari target APBN sebesar 676.200 BPOD, sedangkan lifting migas sebesar 5.638 MMscfd (Kepala SKK Migas, 2021 dalam Bisnis.com) Berdasarkan perhitungan ekonomis, Tahun 2030 nilai lifting migas hanya mencapai 281.000 BOPD. Di sisi lain, kebutuhan minyak Indonesia Tahun 2030 sekitar 2,27 juta BOPD dan gas 11.7 MMscfd (Arief, 2021 dalam Energy Watch). Dari perbandingan di atas, capaian yang pemerintah targetkan adalah sebesar dua kali lipat dari hasil lifting saat ini. Dengan kata lain, produksi akan digenjot dua kali lipat dalam jangka waktu kurang dari 10 tahun ke depan.
Berdasarkan penjelasan Menteri ESDM sekaligus Ketua Komisi Pengawasan SKK Migas, terdapat tiga tahapan strategi yaitu strategi jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Strategi jangka pendek mengedepankan peningkatan lifting dan maintenance lapangan migas yang masih beroperasi. Sedangkan jangka panjang salah satunya yaitu peningkatan ekplorasi berkelanjutan. Untuk mencapai target 2030, ada baiknya membicarakan jangka panjang karena hakikatnya berkelanjutan.
Di sisi lain, masalah peningkatan produksi muncul seperti perizinan rumit, tumpang tindih peraturan daerah dan pusat, sulitnya akuisisi lahan, dan ketersediaan data. Permasalahan ini hadir karena pada dasarnya ada unsur kepentingan yang memperlambat proses pengembangan plan of development (POD) di suatu lapangan lama ataupun baru. Ini harus digaris bawahi. Unsur kepentingan pemerintah pusat maupun daerah ini karena tidak diatur dalam satu pintu penyelesaian sehingga perizinan saling tumpang tindih yang mungkin dapat diselesaikan dalam aturan pemerintah. Anggapan lain bahwa adanya ketidakterbukaan data dalam eksplorasi dan pengembangan migas di Indonesia juga menjadi tanduk permasalahan lain. Padahal masalah ini bisa diselesaikan dengan digitalisasi dan penggunaan IoT untuk menunjukkan kinerja pelaku usaha dan pemerintah.
Saya sangat tertarik membahas ekplorasi dan ketersediaan data karena saling berkaitan satu sama lain. Ekplorasi masih menjadi momok yang berat dalam dunia migas karena keterbatasan dana dan teknologi ditambah lagi kondisi pandemic Covid-19 saat ini melanda Indonesia tanpa henti. Proyeksi kondisi wabah yang tidak pasti mengurangi kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia. Akibatnya, persaingan investor berkurang untuk memulai eksplorasi di lapangan potensi migas. Lalu apa yang bisa dilakukan pemerintah untuk memulai proyeksi target migas?
Kondisi ekonomi yang terbatas saat ini ada baiknya lebih fokus kepada perbaikan ketersediaan data terutama geologi dan geofisika yang memiliki akses terbatas. Padahal banyak ahli geologi Indonesia yang cukup mumpuni untuk terlibat langsung. Meskipun begitu, upgrading data juga membutuhkan ekplorasi, tetapi kita bisa menilik lagi hasil eksplorasi yang sudah dilakukan untuk dilakukan evaluasi. Diketahui terdapat beberapa kasus, data laporan lapangan migas lama yang dievaluasi ulang oleh ahli berbeda memberikan keuntungan bagi perusahaan. Kemungkinan adanya misunderstanding pada kondisi geologi saat eksplorasi dilakukan ataupun data yang kurang lengkap. Ekplorasi data lebih tepatnya untuk kegiatan ini, diharapkan dapat membantu proses pengembangan lapangan yang pernah dilakukan ekplorasi awal maupun lanjutan. Dengan begitu, ketersediaan data yang terus diperbaharui dapat menciptakan penemuan baru dan menarik investor ingin bekerja sama.
Ekplorasi data dapat dilakukan dengan beberapa kementrian seperti Kementrian ESDM, Kementrian Kemendikbudristek, dan Kemenkominfo. Kerjasama ESDM dan Kemendikbudristek dapat memberdayakan peran ahli geologi dan mahasiswa yang berkaitan dengan geologi maupun perminyakan. Melibatkan kedua kementrian ini diharapkan dapat mentolerir pengeluaran biaya eksplorasi data diluar biaya eksplorasi keseluruhan. Dapat dianggap ekplorasi data ini sebagai titik awal penemuan secara kolektif sambil menunggu kesiapan pemerintah dan investor melakukan ekplorasi massif. Kerjasama Kementrian ESDM dan KOMINFO diharapkan mampu memberikan informasi positif dan upgrading pembaharuan data sebagai sistim keterbukaan data. Data yang diberikan memang tidak menyeluruh, tetapi mampu memberikan kemudahan bagi masyarakat berkepentingan mengetahui dan menggunakan data untuk penelitian lebih lanjut. Dengan begitu, Kementrian ESDM dan SKK Migas tidak berjalan sendiri melainkan melibatkan pihak lain yang berpotensi mendukung capaian target migas tahun 2030.
Capaian nilai lifting migas saat ini juga sama pentingnya dengan eksplorasi jangka panjang dengan maintenance lapangan migas. Karenanya, kedua aspek ini harus ditingkatkan sebagai pendorong terbesar tercapainya target migas Indonesia. Produksi mendatang bergantung pada keputusan dan pemanfaatan saat ini. Indonesia mampu menjadi negara dengan ketahanan energi yang baik dimulai dari sekarang dengan internal appliances.
Comments