top of page

To where did my money go?

  • Nazla S R
  • Feb 23, 2022
  • 5 min read

Holla, everyone.

In the last couple of days, I've been thinking for times where my money have gone after years collecting it into my saving account and recently just realized nothing left? Here I let you know.


Uang. Akhir-akhir ini, saya baru paham apa arti uang untuk kehidupan. Bahkan, saat saya mencari kerja, saya masih bingung kenapa saya harus bekerja. Pikiran kolot muncul, " kan bapak gw ada. uangnya cukup buat kebutuhan sehari-hari. Trus kerja buat apa? okelah buat karir. Karir untuk apa? pujian orang?" inilah pertanyaan dasar yang dulu saya ga paham banget sampai akhirnya kini saya mulai merasakan arti dari pertanyaan itu semua. Agar bahasannya ga jauh, saya persempit tentang uang.


Jujur, uang saya dalam beberapa bulan terakhir terasa sempit sekali. Seperti cepat sekali hilang dalam genggaman maupun tabungan. Saya coba renungi semua aktivitas yang sudah dilakukan dan memang pantas kenapa uang hilang begitu saja. Satu kata untuk diri saya, BOROS. Tangan saya terlalu panas memegang uang apalagi awal bulan setelah di transfer. Fresh money, istilah untuk uang yang cukup banyak diberikan kepada seseorang, tergolong menggiurkan untuk saya pribadi. Saat menerimanya, banyak angan dan harapan dari uang itu sampai-sampai lupa harusnya ada yang disimpan. Tetapi, akhirnya selalu ludes bahkan kurang diakhir. Saya pikir ada yang salah disini.


Sedikit cerita, selama saya kuliah memang saya termasuk hidup berkecukupan. Kenapa? karena saya jarang merasakan kekurangan uang. Tiap bulan ayah saya memberikan biaya bulanan lebih dari cukup. Transfer di awal bulan adalah kewajiban, lalu tiap minggu pasti update sisa uang di rekening. Jika jumlahnya dibawah satu juta, di hari yang sama akan di tranfer. Alasannya adalah takut jika ada kebutuhan mendadak seperti sakit atau apapun (jatuhnya seperti uang darurat). Tapi, disinilah letak salah diri saya. Saya jadi terlena dengan tersedianya uang kapanpun tanpa memikirkan kedepannya dan planning keuangan yang bagaimana. Alhasil, saya bisa menghabiskan perhari sampai lima puluh ribu (50,000) bahkan seratus ribu lebih untuk belanja bulanan, katanya.


Kesenangan ini berbanding terbalik dengan teman saya yang lain. Mereka sering merasa kekurangan bahkan terbatas sekali untuk memenuhi kebutuhan. Saat itu, saya hanya berpikir bahwa itu semua tergantung bagaimana kita mengatur uangnya dan secara tersirat saya menuduh mereka boros. Padahal, masalahnya ada di jumlah uang yang diterima. Karena itu, teman-teman saya sering menyebut saya si hedon karena tidak pernah merasa kekurangan.


Fresh money juga saya dapat dari beasiswa kampus. Jumlahnya tidak banyak tapi cukup untuk memenuhi kebutuhan kegiatan kampus full fieldtrip. Sering saya pakai uang ini untuk fieldtrip ketimbang uang bulanan. Meskipun begitu, uang ini masih tersimpan cukup banyak di rekening khusus tabungan atas saran ayah saya. Di sisi lain, teman saya banyak yang menggunakan uang ini untuk menutupi kebutuhan harian mereka. Bahkan seseorang merayu saya untuk memakai uang itu untuk membeli barang tersier seperti sepatu, tas, dan lain-lain. Jumlah tabungan saya masih cukup banyak sedangkan dia sudah setengah lebih habis. Kenapa begitu? karena untuk membeli barang-barang tersier masih bisa menggunakan uang bulanan yang cukup banyak, pikir saya. Jadi, uang beasiswa ini hampir 80% memang digunakan untuk kebutuhan kampus.


Selain itu, saya juga menjadi asisten laboratorium dan ikut lomba. Alhasil, uang saya cukup terkumpul untuk hiburan pribadi. Satu hal paling mengejutkan di akhir kuliah saya adalah ada harta karun terabaikan di kamar saya yaitu kumpulan uang receh yang tak terjamah selama hampir empat tahun. Saat beberes kosan untuk pindahan, saya coba kumpulkan dan jumlahnya mencapai 700 ribuan ditambah uang kertas recehan sejutaan. FANTASTIS. Jumlah ini diluar dugaan saya. Uang yang saya lempar dimana dan jarang saya gunakan, ternyata jika dikumpulkan sangat melebihi cukup.


Dari sekian banyak pemasukan saya, total tabungan bisa mencapai lima jutaan. Sayang disayang, uang bernilai banyak ini hilang begitu saja tanpa saya sadari. Keluguan dan kebodohan ini akhirnya terpecahkan akhir-akhir ini. "KEMANA UANG SAYA PERGI SELAMA INI?" Lelah hayati saat sudah mulai merasakan kesulitaan uang di tabungan. Sedikit demi sedikit pertanyaan di atas mulai terjawab, guys.


Kenapa saya harus bekerja? karena saya butuh uang untuk memnuhi kebutuhan hidup saya. Tidak mungkin bergantung pada orang tua hingga usia dewasa saat ini. Kebutuhan juga semakin banyak dan keinginan pun semakin tinggi.

Kenapa saya harus berkarir? Hidup harus produktif dan punya goals yang jelas. Singkatnya perencaan jangka pendek dan panjang. Berkarir itu bisa seiring dengan uang yang diperoleh. Sekarang, saya harus memikirkan dan mengembangkan diri saya untuk kedepannya. Saya juga ingin menjadi seseorang yang sukses, bermanfaat dan hidupnya sejahtera. Karena kelak, saya ingin memberikan kenyamanan hari tua untuk kedua orang tua saya bahkan keluarga saya.


KEMANA UANG SAYA PERGI SELAMA INI? pertanyaan ini cukup dijawab dengan KEBOROSAN. Saya menjadi sadar diri banget terlalu telat untuk memahami keuangan. Yasudah setidaknya saya sadar lebih cepat. Lalu apa yang saya lakukan untuk mengubahnya? saya belajar membuat perencanaan dan hidup sesederhana mungkin. Ini sebenarnya terinspirasi dari seseorang teman virtual yang sudah pergi, hiks. But, at least if you read it, man, thanks a lot just changed my mind about money and how to spend it well.


Beberapa perubahan yang saya sedang terapkan (bismillah istiqamah):

  1. Tiap bulan sisihkan uang kebutuhan dan investasi. Yaps, investasi. Bagi saya, investasi ini termasuk dana darurat. Jika salah penerapannya, jangan diikuti karena ini metode saya sendiri. Saya investasi di reksadana karena pergerakan uangnya relatif stabil untuk tabungan. Kenaikan jumlah uang adalah bonus seperti deposito bank. Jumlah yang diinvestasikan biasa 20-30% dari total uang. Uang ini sebisa mungkin tidak diambil kecuali keuangan menipis dan darurat.

  2. Kebutuhan dibagi menjadi primer dan tersier. Primer termasuk makan, transport, jajan, minum, dan hutang, sedangkan tersier termasuk jalan-jalan, paid courses, atau keperluan lain sebagai hiburan. Untuk primer selalu saya dahulukan. Untuk menekan budget makan yang menurut saya pribadi rada boros, saya beli magic jar agar bisa beli lauk saja tiap harinya. And it works! Untuk makan sehari-hari, saya bisa beli lauk dikisaran 7-10 ribu saja. Beli beras tiga kilo udah hampir 2 minggu baru habis setengahnya. Hemat, bukan? Saya berusaha menekan kebutuhan makan tidak lebih dari 450.000 (15.000 perhari). Sekarang saya merasa uang masih bersisa dan bisa digunakan untuk primer yang lain. Oh iya, hutang juga waib dibayar di awal bulan agar tidak berat saat pertengahan/akhir bulan seperti shopeepay later. Jujur, penggunaan apps ini tidak sepenuhnya pemborosan. tergantung penggunaan dan tujuannya. Saya membeli barang yang urgensinya tinggi seperti kandang kucing, juga bisa dipakai jangka panjang seperti magic jar. Saya tidak menyesal karena ada manfaat dan longlife use.

  3. Tersier terkadang saya butuhkan untuk mengurangi penat dikosan ataupun mengerjakan tesis. paling efisien ya ke mall atau toko buku untuk baca buku free (walaupun katanya ini kurang cocok haha). Nongkrong di kafe berjam-jam untuk segelasnya 20 ribuan. Cukup menurut saya menghilangkan penat dan konsentrasi kembali. Tapi, kebutuhan tetaplah harus diperhitutngkan.

  4. Secara mendasar, kebutuhan tersier harus dengan prinsip: kebutuhan atau keinginan. Saya coba renungi dulu uang yang akan saya gunakan. Jika manfaatnya lebih sedikit, maka saya urungkan niat. Ya begitulah kira-kira stigma saya saat ini.

Seorang pengusaha yang cukup sering muncul di timeline Instagram yaitu JUSUF HAMKA. Beliau bilang kurang lebih begini:

"Kalau kamu dikasih uang misal sejuta, jangan serta merta semuanya dipakai untuk kebutuhan sehari-hari, tapi simpanlah sebagian besarnya dan gunakan sisanya untuk kehidupan. Hiduplah sederhana dan berhemat untuk kedepannya".

Ini menginspirasi saya untuk berhemat dan hidup sederhana. Hidup sederhana artinya kebutuhan utama tercukupi dan tidak berlebihan. Berhemat bukan berarti pelit dan kikir, ya. Saya tetap bersedekah untuk orang lain dengan tetap mengutamakan kebutuhan saya pribadi agar tidak menyusahkan orang lain juga.


Okedeh segitu dulu tulisan yang emang ingin banget saya utarakan disini. Semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi pembaca yang mampir. Semangat menjalani hari-hari penuh tantangan :).

 
 
 

Recent Posts

See All
TWK - PRAKEMERDEKAAN

1. (KERAJAAN) a. Majapahit – K. Agraris (Negara nasional ke-2 Indonesia) - Dipimpin oleh Hayam Wuruk - ...

 
 
 

Comments


©2018 by RANGKUTINazla. Proudly created with Wix.com

bottom of page